Sejarah Desa

Alexadelmio 30 April 2014 17:20:39 WIB

ASAL MULA NAMA BANYUSOCO

            Konon dikisahkan,pada jaman dulu ,garwo Ratu atau Permaisuri Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sedang mengandung,dan sangat menginginkan (ngidam) wader  sisik bang kencono (sejenis ikan air tawar yang hidup liar di habitat alami,biasanya sungai berair jernih atau sumber-sumber air dan tidak dibudidayakan).

            Diutuslah prajurit keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk mencari ikan yang diinginkan oleh Permaisuri ke daerah Gunungkidul,ke sebuah tempat yang ditumbuhi sebatang pohon beringin besar dan terdapat sebuah tuk (mata air) yang jernih.Didapatlah ikan itu,kemudian mereka kembali ke keraton.Permaisuri sangat senang hatinya,dan berkata bahwa tempat dimana ikan itu didapat kelak akan dikenal dengan nama Banyu Suci,yang artinya Air Suci.Terbawa nama itu,lama kelamaan daerah itu dikenal dengan nama Banyu Soca,yang berarti mata air dan akhirnya menjadi nama  sebuah desa.

            Itulah  dongeng yang kami  dengar dari sesepuh Banyusoco,Bapak Markidi Dwijo Susanto.Beliau adalah seorang pensiunan guru yang aktif di masyarakat dan menjadi salah satu narasumber penulisan buku ini.

-------------------------gambar sumber soco------------------------------------------------------------------------

 

HARI JADI DESA BANYUSOCO

            Hari Jadi Desa Banyusoco diperingati setiap lima tahun sekali,pada tanggal 12 Agustus.Tahun 2015 ini Desa Banyusoco memperingati Hari Jadi ke 103.Hari Jadi Desa Banyusoco mulai diperingati sejak tahun 1990,dan diperingati setiap lima tahun sekali.Hari Jadi Desa Banyusoco diperingati berdasarkan sarasehan perangkat desa dan tokoh masyarakat Banyusoco pada malam tirakatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1987 dan 1988.Selanjutnya dimusyawarahkan lagi pada malam tirakatan HUT RI tahun 1989,menghasilkan keputusan:

1.Peringatan Hari Jadi Desa Banyusoco pertama kali dilaksanakan bulan Agustus 1990.

2.Peringatan Hari Jadi Desa Banyusoco selanjutnya akan dilaksanakan setiap lima tahun sekali.

Surat Keputusan tentang Petunjuk Pelaksanaan Peringatan Hari Jadi Desa Banyusoco pada saat itu juga diterbitkan sebagai landasan hukum,namun tidak ada yang ingat nomor dan tanggal surat keputusan itu.

Logo desa banyusoco juga tercipta melalui Peringatan Hari Jadi tahun 1990.Logo ini didesain oleh Bapak Sudjadi,tokoh desa yang juga merupakan tim sejarah penulisan buku ini.

--------------------gambar logo desa banyusoco------------------------------------------------------------

Pada peringatan Hari Jadi Tahun 1990,juga telah ditulis risalah singkat tentang sejarah Banyusoco,berdasarkan informasi yang digali dari para sesepuh Desa Banyusoco saat itu,dan menjadi salah satu bahan pustaka penulisan buku ini.

Secara administrative Desa Banyusoco terbentuk pada tanggal 12 Agustus tahun 1912.

Berikut kami rumuskan secara singkat urutan Pemerintahan Desa Banyusoco dari pemimpin pertama:

  1. Bekel Po Menggolo,memimpin Banyusoco dari tahun 1832 sampai dengan tahun 1877.Diangkat menjadi bekel oleh Pemerintahan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.Beliau tinggal di Padukuhan Banyusoco.
  2.  Ki Bekel Kromo Irono dari tahun 1877 sampai dengan tahun ……..Kemudian, dijabat oleh

 

  1. Ki Bekel Rono Suparto atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ki Bekel Kromoyudho,dari tahun 1913 sampai dengan tahun 1914.Ki Bekel Kromoyudho tinggal di Padukuhan Banyusoco,sebelah timur sumber air,dan kini ditinggali oleh salah satu cucunya,Bapak Muh Sujak. Sampai saat ini perkumpulan Trah Kromoyudho masih terus berjalan,dipimpin oleh salah satu cucunya,yaitu Bapak Marjayus Darto Setiyono,seorang pensiunan guru yang sangat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di desa Banyusoco.Bapak Markidi yang kami sebutkan diatas juga salah satu cucu Ki Bekel Kromoyudho.Ki Bekel Kromoyudho pula yang memilih dan memathok tanah lungguh dan tanah kas desa Banyusoco yang sampai saat ini masih digunakan sebagai gaji pokok para perangkat desa,yang masa itu disebut dengan Prabot atau Pamong Desa.Keterangan ini kami dapat dari Bapak Marjayus DS.

Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Ki Bekel Kromoyudho di tahun 1912,sebutan untuk seorang pemimpin desa bukan lagi Bekel,melainkan Lurah.

  1. Ki Lurah Atmo Digdoyo,yang tinggal di padukuhan Banyusoco,memimpin Banyusoco dari tahun 1912 sampai dengan 1937.Pada masa ini pembangunan di Desa Banyusoco berjalan cukup lancar (Bp.Noto Diryo bin Ronosuparto/Kromoyudho,tahun 1990).Ki Atmo Digdoyo meninggal dunia pada tahun 1937.
  2.  Ki Lurah Wiryo Sukarno,memimpin Banyusoco dari tahun 1937 sampai dengan tahun 1939,tinggal di Menggoro.Beliau memimpin Banyusoco selama satu setengah tahun.Selama masa pemerintahannya,pusat pemerintahan desa dipindahkan di Kampung Menggoro.Pada masa pemerintahan beliautidak begitu lancar.
  3. Pada tahun 1939 sampai dengan tahun 1942,bergabung dengan Kelurahan Bleberan dengan lurah Ki Pujo Disastro.Oleh Pemerintah Belanda pada saat itu,ditempatkanlah seorang carik bernama Bapak Mardiyo,yang kelak dikenal dengan  nama Raden Ngabehi Radyokartono,berasal dari desa Plembutan dan istrinya berasal dari Pengkok,Patuk.Ada juga yang mengatakan berasal dari Pajangan,Desa Salam,Kecamatan Patuk.
  4. R.Ng.Radyokartono secara resmi diangkat menjadi Lurah pada tahun 1946,tapi telah melaksanakan tugas-tugas lurah sejak tahun 1942.Beliau memimpin Banyusoco sampai tahun 1989.

Ki Radyo Kartono tinggal di Ketangi,sebelah timur lapangan.Dulu sebelum memiliki Balai Desa sebagai kantor pusat Pemerintah Desa Banyusoco,rumah beliau dijadikan sebagai kantor desa.Kemudian dibangun kantor desa di depan rumah beliau,di tanah kas desa.Baru kemudian di tahun……………Balai desa Banyusoco yang berlokasi di selatan lapangan dibangun dan ditempati sebagai kantor desa hingga kini.Ki Radyo Kartonoadalah lurah desa Banyusoco terlama,dan melewati berbagai zaman,mulai dari jaman penjajahan Belanda,jaman penjajahan Jepang,hingga masa kemerdekaan.Menurut cerita dari sesepuh Banyusoco,beliau adalah orang yang berhati lemah lembut,sabar dan santun.Semua orang suka dan hormat pada beliau.Rumah yang dulu ditinggali Ki Radyo Kartono kini didiami oleh salah satu putranya,yaitu Bapak Supardjono beserta keluarganya.

  1. Bapak Thobroni RA dari Kedungwanglu,yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Bagian Kemakmuran,diangkat sebagai Penjabat Sementara Lurah Banyusoco,menggantikan Ki Radyokartono.
  2. Pada tahun 1991 diadakan pemilihan kepala desa yang diikuti oleh 5 bakal calon,yaitu  Sumardi A.H dari Kepek II,Budi Sumarsono dari Ketangi,ED Rosidi dari Ketangi,Sumidi Abdulloh,Drs.Sukadi dari Banyusoco diseleksi  menjadi 3 bakal  calon,yaitu Drs.Sukadi,ED.Rosidi dan Sumidi Abdulloh.Kepala desa terpilih yang mendapat suara terbanyak adalah Bapak Drs.Sukadi,memimpin Banyusoco dari tahun 1991 sampai 1999.
  3. Tahun  1999 diadakan pemilihan kepala desa lagi,diikuti oleh tiga bakal calon yaitu Bapak Drs Sukadi,Bapak Sumaryadi dan Jazim Kholis dari Kedungwanglu.Terpilih dengan suara terbanyak adalah Bapak Sumaryadi,memimpin dari tahun 1999  sampai dengan tahun 2007.
  4. Di tahun 2007  diadakan pemilihan kepala desa,diikuti oleh tiga bakal calon,yaitu Bapak Sumaryadi,Bapak Sukadi  dari Banyusoco dan Bapak  Asrofi dari Ketangi (saat itu menjabat sebagai Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat).Bapak Sumaryadi terpilih menjadi Kepala Desa Banyusoco untuk  yang kedua kalinya dengan suara terbanyak.Bapak Sumaryadi memimpin Banyusoco periode kedua dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.

Pada tahun 2013 diadakan pemilihan Kepala Desa,diikuti oleh tiga bakal calon,yaitu Bapak Sutiyono (Dukuh Ketangi),Bapak Mardiyo (Dukuh Sawahlor) dan Bapak Damanhuri dari Ketangi.Pemungutan Suara dilaksanakan di Balai Desa Banyusoco pada hari Minggu tanggal 20 Oktober 2013.Ketua Panitianya adalah Bapak Tugiman,mantan Kepala Bagian Pemerintahan Desa Banyusoco.

  1. Bapak Sutiyono mendapatkan suara terbanyak dan dilantik sebagai Kepala Desa Banyusoco oleh Bupati Gunungkidul yang saat itu dijabat oleh Ibu Hj.Badingah, SE bersama-sama dengan kepala desa lain di Kabupaten Gunungkidul pada tanggal 27 November 2013.Pengangkatan Bapak Sutiyono sebagai kepala Desa Banyusoco melalui Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor 141/48/PG/KPTS/2013 tentang Pengangkatan Saudara Sutiyono Kepala Desa Terpilih   Kepala Desa Banyusoco Kecamatan Playen Masa Jabatan Tahun 2013-2019.

 

            Pada masa pemerintahan Ki Radyo Kartono,sudah ada pamong desa antara lain pelayangan atau orang yang diutus untuk mengantarkan surat dari lurah ke kapanewon (sebutan untuk Kecamatan) Playen atau kepada orang-orang pemerintahan.Jabatan ini dipegang oleh Pak Soma,tinggal di sebelah timur rumah lurah.Selain Pak Soma ada  Pak Ngadiran yang tinggal di Ketangi dan memiliki tugas yang sama.Pak Soma meninggal dunia pada tahun 2012,dimakamkan di Pemakaman Umum Gembol.Pak Ngadiran alias Pujo Semitosampai  buku ini ditulis masih sehat.Staf lain Pak Suyudi dari Banyusoco,pak Adi Sukarto dari Ketangi (sudah meninggal),Muh Hirsad dari Ketangi (sudah meninggal).

            Staf Desa berikutnya adalah Pak Asihana, mulai bekerja di Balai Desa  tahun 1988,sejak masih bujangan. Pak Asih adalah anak dari Pak Soma yang dulu bertugas sebagai pelayangan (sebutan untuk staf desa jaman dulu),tinggal di Ketangi sebelah timur kediaman R.Ng.Radyokartono di rumah yang dulu ditempati bapaknya.

            Staf Desa lainnya adalah Bu Parilah,dilantik sebagai staf desa bersamaan dengan pelantikan Dukuh Gedad,Dukuh Kedungwanglu,dan Dukuh Klepu pada tanggal 2 Mei tahun 2002.Tinggal di Ketangi  dan aktif sebagai anggota PKK Desa.

            Staf desa berikutnya adalah Yusup Wibisono,aktif sebagai pelatih SSB Bharata Junior dan tokoh pemuda,serta aktif sebagai pengurus Lumbung Pangan  Barokah.Dilantik pada  tanggal 2 Mei 2002.

            Jabatan Carik dipegang oleh  Bapak Sastro Rejo dari tahun…………..hingga tahun 1986,bertempat tinggal di Ketangi tepatnya di sebelah selatan Masjid  Al Muttaqien(sering disebut Njambu),sekarang ditempati keluarga Bapak ED Rosidi,salah satu putranya.

            Jabatan Carik selanjutnya adalah Thobroni RA dari Kedungwanglu,sebagai Penjabat Sementara.Thobroni RA menjabat sebagai Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan.Setelah diterbitkan Surat Keputusan  Lurah Desa Banyusoco Nomor…/ KPTS/…….tentang Pemberhentian saudara Thobroni  Ra sebagai ……..

            Pada Desember   2002 Pemerintah Desa Banyusoco bersama dengan Badan Perwakilan Desa menerbitkan Surat Keputusan tentang Pengangkatan Saudara Harsono sebagai Carik Desa Banyusoco,dan memberhentikan Saudara Tugiman sebagai penjabat sementara Carik Desa Banyusoco.Tanggal dan nomor surat keputusan tersebut tidak ditemukan dalam arsip,kemungkinan rusak dan hilang pada saat bencana gempa bumi  27 Mei  2006 silam.

                        Kepala Bagian Sosial dipegang oleh Bapak Darmo Suwito,bertempat tinggal di Ketangi  wilayah RT 04  sebelah timur lapangan,kini ditempati oleh salah satu putra bungsu,Ibu Karsiwiyati.Sekretaris Desa PNS Desa Banyusoco adalah Bapak Marsiyo dari Kepek,mulai menjabat sejak Oktober 2011.

            Kepala Bagian Kemakmuran dijabat oleh Bapak Thobroni RA dari tahun…….sampai dengan tahun………….Bapak Thobroni  RA tinggal di Kedungwanglu,kini sudah sepuh dan sering sakit.

            Pada masa itu,gaji para pamong desa  itu hanya dibayar dengan tanah lungguh saja,tidak ada tunjangan berupa uang dari pemerintah. Kehidupan pamong desa sederhana dan bersahaja,namun dihormati oleh warga masyarakatnya.

            Di tahun tahun berikutnya terjadi pergantian pamong desa,karena sudah berusia lanjut dan memasuki masa pensiun.Pensiunan perangkat desa berbeda dengan pensiunan Pegawai Negeri Sipil atau abdi Negara lainnya.Pensiunan PNS atau lainnya mendapat gaji dari pemerintah,sementara pensiunan perangkat desa mendapat  gaji berupa tanah pengarem-arem sebesar seperlima dari tanah lungguhnya semula.

            Bapak Darmo Suwito,Kepala Bagian Sosial (Sekarang  Kepala Urusan Keuangan ) digantikan oleh Pak Sukirdi,dari tahun 1991 sampai tahun 2009.Selanjutnya,di tahun yang sama diadakan pengisian kepala urusan keuangan yang diikuti oleh 10  bakal calon,Tata Herwanto dan Mulyanto  dari Kepek I,Tri Wahyuni dari Kepek II,Yusup Wibisono dari Ketangi,Zain Dahlan Arifin dan Tugiyat dari Banyusoco,Sumartinah dan Siti Basyiroh dari Kedungwanglu,Ahmad Nasokhah dan Hilham dari Gedad.Setelah ujian, Tugiyat dinyatakan lulus berdasarkan nilai tertinggi dan dilantik menjadi Kepala Urusan Keuangan pada tanggal 23 Maret 2009 .

            Kepala Bagian Keamanan atau Jogoboyo (sekarang Kepala Bagian Pemerintahan) pertama kali dijabat oleh Bapak Sastro Wiharjo (Paido) dari tahun 1980 an sampai tahun 1990 an.Sastro Wiharjo dikenal sangat tegas,garang dan berwibawa.Orang sering memanggilnya dengan sebutan Mbah Aman.Bertempat tinggal di Ketangi RT 04.Rumahnya sekarang ditinggali oleh salah satu anaknya,Ibu Parsiyem,dan arsitekturnya belum banyak mengalami perubahan.Rumahnya berbentuk limasan dengan lantai dari kayu dan berdinding kayu.

            Kepala Bagian Pemerintahan berikutnya dijabat oleh Pak Tugiman dari tahun 1991 sampai tahun 2009.Pengangkatan Tugiman sebagai Kepala Urusan Pemerintahan dengan  Keputusan Camat Playen Nomor 05/KPTS/Pem/1991,berdasarkan Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gunungkidul Nomor 141/2756/Pem/1990,tertanggal 11 Desember 1990 perihal:hasil seleksi Ujian Perangkat Desa,sdr Tugiman dinyatakan lulus.Dalam Keputusan Camat Playen  tersebut diputuskan hal-hal sebagai berikut:

1.Memberhentikan dengan hormat Sdr.Wasi S sebagai Penjabat Kepala Urusan Pemerintahan

2.Mengangkat Saudara Tugiman sebagai Kepala Urusan Pemerintahan terhitung mulai tanggal 31 Januari 1991 dengan diberi nafkah berupa tanah garapan berupa tanah  tegal di persil 117 klas III b luas 2,4950 Ha,dan Persil 117 klas II luas 0,5900 Ha,jumlah luas seluruhnya ada 3,0850 Ha.

3.Keputusan tersebut mulai berlaku sejak ditetapkan,yaitu sejak tanggal  31 Januari 1991.

Masa jabatan Pak  Tugiman seharusnya berakhir pada tahun 2009,namun  karena  belum adanya pejabat definitive yang menggantikan maka Pak Tugiman masih didaulat untuk melaksanakan tugas-tugas kepemerintahan sampai tahun 2011.Pada akhir tahun 2011,dilaksanakan pengisian Kepala Bagian Pemerintahan  yang diikuti oleh 5 bakal calon yaitu Sukismanto,Suryo Tri Nugroho dan Karmiyo dari Ketangi,Kelik Purbo Sungkowo dari Banyusoco,Ihyak dari Kedungwanglu.Ujian penyaringan meliputi ujian tertulis dan ujian praktek komputer.Ini adalah kali pertama di Banyusoco diadakan ujian penyaringan calon perangkat desa menggunakan system ujian praktek computer.Setelah ujian penyaringan Karmiyo dinyatakan lulus dengan nilai tertinggi oleh tim penguji dan dilantik menjadi Kepala Bagian Pemerintahan Desa Banyusoco oleh kepala Desa Banyusoco (Bapak Sumaryadi)  pada tanggal 19 Desember 2011,pengangkatannya dengan Surat Keputusan Kepala Desa Banyusoco Nomor…/KPTS/2011,dan kepadanya diberikan nafkah berupa  tanah  lungguh sesuai dengan kemampuan desa dan berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12 Tahun 2007.

            Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat pertama kali dijabat oleh  Bapak Asrofi,saat itu jabatannya disebut Kepala Urusan Keagamaan ,bertempat tinggal di Ketangi.Pak Asrofi menjabat dari tahun 1982 sampai tahun 2012,atau bila dihitung menjabat selama tigapuluh tahun.Pemberhentian dengan hormat karena memasuki usia pensiun dengan Surat Keputusan Kepala Desa Banyusoco Nomor…/KPTS/2012,tertanggal    April 2012.Penjabat sementara sebelum ada pejabat definitive adalah Bapak Ngatminto,jabatan Kepala Urusan Perencanaan.Pada bulan Januari 2013,dibentuk panitia pengisian Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat,dilaksanakan ujian pada bulan Februari 2014.Diikuti oleh Sumarwanto SPd I ,Nurkholis SPd I,Wahyu Setyowati SPd I,Suminto  dari Ketangi,Kelik Purbo Sungkowo dari Banyusoco,Muhadibin dari Gedad.Nilai Ujian tertinggi diperoleh Sumarwanto SPd I.Pelantikan dilaksanakan tanggal 12 Maret 2013,pengangkatan dengan Surat Keputusan Kepala Desa Banyusoco Nomor …/KPTS/2013 dan kepadanya diberikan nafkah berupa tanah lungguh sesuai dengan kemampuan desa dan berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12 Tahun 2007.

            Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan selanjutnya dijabat oleh Ibu Pardiastuti dari tanggal 17 Juli 1988,dan purna tugas pada tanggal 17 November  2014.Sebelum menjabat Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan (sekarang Kepala Bagian Pembangunan),sudah aktif dalam seni ketoprak dan  PKK Desa sejak tahun 1984.Selanjutnya diadakan pengisian untuk Kepala Bagian Pembangunan dan yang diikuti oleh sembilan orang bakal calon,yaitu Muhammad Arifin,Siti Utami dan Ely Vatarina Yuntari,Hernani Retno Muninggar dari Ketangi,Fitriani Rahayu  dari Kepek I dan  Reny Prastiwi dari Kepek II,Devi  Yunita Sari dari Banyusoco,Ricy Fatkhurrokhman dari Kedungwanglu,Ismanto dari Sawahlor.Enam dari sembilan bakal calon adalah perempuan,menandakan bahwa Banyusoco adalah desa yang berkembang dengan baik di bidang pengarus utamaan gender.Setelah ujian penyaringan pada tanggal 4 November 2014,Ricy Fatkhurrokhman dinyatakan lulus oleh tim pengujidengan nilai tertinggi dan dilantik oleh Kepala Desa Banyusoco (Bapak Sutiyono) pada tanggal 17 November 2014,bertepatan dengan berakhirnya masa jabatan Ibu Pardiastuti.Ibu Pardiastuti menjabat selama 26 tahun.Pemberhentian dengan hormat saudara Pardiastuti dan pengangkatan saudara Ricy Fatkhurrokhman,SHI,MHI dengan Surat Keputusan Kepala Desa Banyusoco Nomor…/KPTS/2014,tertanggal 17 November 2014.

            Kepala Urusan Umum dijabat Oleh Bapak Wasi Siswo Suwito,dari tahun…………….Meninggal pada tahun 2011 karena sakit dan untuk kelancaran proses pemerintahan desa dan  melaksanakan tugas-tugasnya maka diangkatlah Saudara Ngatminto jabatan Kepala Urusan Perencanaan sebagai Penjabat Sementara Kepala  Urusan Umum.Pada akhir tahun  2011 diadakan pengisian Kepala Urusan Umum yang diikuti oleh 5 bakal calon,Tata Herwanto dari Kepek I,Tri Wahyuni  dan Suratno dari Kepek II,Siti Zullaikha dari Ketangi,dan Umi Muslimah dari Kedungwanglu.Setelah ujian penyaringan  pada tanggal 8 Desember 2011,Tri Wahyuni dinyatakan lulus dan dilantik pada tanggal 19 Desember 2011 oleh Kepala Desa Banyusoco pada saat itu,Bapak Sumaryadi.Pengangkatan dengan Surat Keputusan Kepala Desa Banyusoco Nomor 17/KPTS/2011 tertanggal 19 Desember 2011,dan kepadanya diberikan nafkah berupa tanah lungguh sesuai kemampuan desa dan berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 12 Tahun 2007.

            Kepala Urusan Perencanaan Desa Banyusoco adalah Bapak Ngatminto,mulai ada jabatan ini pada tahun 2002,sebelumnya  menjabat sebagai sekretaris BPD.Pengangkatannya dengan Surat Keputusan Kepala Desa Banyusoco Nomor…./KPTS/2002 tertanggal ……

Desa Banyusoco awalnya terdiri dari 10 padukuhan,namun karena satu dan lain hal menjadi 8 padukuhan yaitu:Kepek I,Kepek II,Ketangi,Banyusoco,Kedungwanglu,Klepu,Gedad dan Sawahlor.

Berikut sekilas tentang 8 padukuhan tersebut:

  1. Cikal bakal Padukuhan Kepek adalah Ki Trunoyoso,dikisahkan berasal dari  Menggoran (sebuah padukuhan yang termasuk dalam wilayah Desa Bleberan),seorang petani yang tinggal di tegalan Ngepek,pada akhirnya disebut Kepek.Tegalan Ngepek ini terletak di padukuhan Kepek II RT 05,sering disebut Ndeso,kini ditempati Pak Radiyo dan Ibu Sugiyah.Disebut ngepek kerena ada pohon epek yang besar di barat tegalan itu.Ki Trunoyoso mengajak serta adiknya Mbah Tiko.Ki Trunoyoso memiliki beberapa anak,salah satunya Mbah Banjir.    Ki Trunoyoso mewasiatkan kepada anak keturunannya bahwa setiap hari Jum’at Wage setelah panen ,agar diadakan upacara bersih desa sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah dan segala nikmat yang dianugarahkan kepada warga padukuhan Kepek.Jum’at Wage menjelang musim tanam juga diadakan sedekahan menyambut musim hujan  yang disebut Sedekah Labuhan atau Tibo Labuh.

Keterangan ini didapat dari  sesepuhPadukuhan Kepek II,Bapak Harto Pawiro yang terangkum dalam risalah Hari Jadi Desa Banyusoco Tahun 1990,beliau sekarang sudah meninggal.

Dukuh Kepek yang pertama  adalah mbah Wiryo,tinggal di Kepek II (sekarang  SD Banyusoco II),tidak  ada yang ingat secara persis tahun masa pemerintahannya.

Selanjutnya dukuh kedua Darmo Katijo/Darmo Rejo

Menjabat sebagai Dukuh Kepek,karena saat itu Kepek masih menjadi satu,belum ada Kepek I dan II.Baru kemudian pada tahun 1978,Padukuhan  Kepek dibelah menjadi 2 padukuhan yaitu Kepek I dan Kepek II.Kepek I di timur jalan,Kepek II di sebelah barat jalan.

  1. Dukuh Kepek I pertama yaitu Siswo Pawiro/Sanipan,dari tahun 1978  sampai tahun 1985.

Pada tahun 1985 digantikan oleh Suwadi melalui sidang pemilihan pada hari Selasa tanggal 26 November 1985.Pengangkatannya dengan Surat  Keputusan Lurah Desa Banyusoco Nomor Pem./7/XI/1985 ditandatangani oleh Lurah Desa Banyusoco saat itu,R,Ng.Radyokartono ,diketahui dan disetujui oleh Camat Playen Drs.Ngaderi dan disahkan oleh Sekretaris Wilayah Daerah  Tingkat  II Gunungkidul,Drs Sukiswo pada tanggal 10 Februari 1986.Pada lampiran Surat Keputusan tersebut tertulis bahwa yang bersangkutan  diberi nafkah berupa tanah lungguh berupa sawah di persil nomor 207 klas II b seluas 9000,dengan pajak sebesar Rp.90,dan tegal di persil 251 klas V seluas 550,dengan pajak senilai Rp.2,.Menjabat sebagai Dukuh Kepek I sampai tahun 2010.Sebelum diadakan pemilihan,dijabat oleh Penjabat Sementara Dukuh Kepek I, Saudara  Ngatminto jabatan Kepala Urusan Perencanaan.

Tahun 2010 dijabat oleh Mulyanto,melalui pemilihan yang diikuti oleh 3 bakal calon,Suhartanto,Madiyana dan Mulyanto.Mulyanto menjadi dukuh terpilih dengan suara terbanyak mengalahkan 2 bakal calon lainnya.Dilantik oleh Kepala Desa Banyusoco saat itu,Bapak Sumaryadi pada tanggal  ..Desember 2010 dengan diterbitkan Surat Keputusan Kepala Desa Banyusoco Nomor…./KPTS /2010.Saudara Mulyanto merupakan salah satu cucu dari Mbah Tukirin Marto Dikromo,dulu dukuh Kepek II.

  1. Marto Dikromo atau Tukirin menjabat sebagai Dukuh Kepek II dari tahun 1958 sampai tahun 1993,sempat diangkat penjabat dukuh sementara sebelum ada dukuh definitive,yaitu Kepala Bagian Pemerintahan saat itu,Bapak Tugiman.Tahun 1993 diadakan pemilihan dukuh dan yang mendapat suara terbanyakadalah , Radiyo.Radiyo dilantik pada tanggal 05 Maret 1993. Pengangkatan Saudara Radiyo sebagai dukuh Kepek II melalui Keputusan Camat Playen Nomor 07/KPTS/P.Des/V/1993 tertanggal 15 Mei 1993.Camat Playen saat itu dijabat oleh Drs.Lantip Dwiatmodjo,dengan Sekretaris Kecamatan Bapak Drs.Supardal.
  2. Dukuh Ketangi dijabat oleh Pak Cokro Wiharjo,tinggal di Gembol(sebutan untuk blok timur Ketangi,diambil nama Gembol  dari pohon yang ada jendolannya,biasanya jendolnya diambil untuk membuat alat terbangan /slawatan jawa=sejenis rebana) dekat pohon beringin besar,pensiun sekitar tahun 1993.Tidak ditemukan arsip tentang pengangkatan dan pemberhentiannya,dimungkinkan rusak akibat gempa 27 Mei 2006.

Kemudian digantikan oleh  Saudara Sutiyono,dari tahun 1993 sampai tahun 2013,berhenti dengan hormat karena terpilih sebagai Kepala Desa Banyusoco Periode 2013-2019.Penjabat sementara dipegang oleh Sumarwanto SPd I,Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Desa Banyusoco,sampai dengan diangkatnya dukuh definitif yang direncanakan tahun 2015,namun tertunda karena pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah Gunungkidul baru  akan dilaksanakan bulan Desember tahun 2015.

  1. Dukuh Banyusoco dipegang oleh …..,

Dukuh Banyusoco yang kedua yaitu Pak Samijan,menjabat  dari tahun 1986.Pengangkatan Saudara Samijan menjadi kepala dukuh Banyusoco melalui sidang pemilihan,dan diterbitkan Keputusan Lurah Desa Banyusoco saat itu R.Ng.Radyokartono Nomor Pem.11/III/1986 tertanggal 19 Maret 1986,diketahui dan disetujui oleh Camat Playen,Drs.Ngaderi dengan diketahui Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II Gunungkidul atas nama Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gunungkidul,Drs.Sukiswo.Pada Lampiran Keputusan tersebut disebutkan bahwa yang bersangkutan diberi tanah lungguh berupa sawah dantegalan di persil nomor 96 klas II  seluas 8000…,dengan pajak senilai Rp. 1,80 ,dan persil  nomor 95 klas IV seluas 3650…,dengan pajak senilai Rp.0,50.Samijan menjabat mulai  tanggal 20 Maret 1986 sampaidengan Agustus tahun 2012.

DariAgustus 2013 sampai April 2013 dijabat oleh Penjabat Sementara,Sdr. Tugiyat,Kepala Urusan Keuangan Desa Banyusoco.Setelah diadakan pemilihan yang diikuti oleh 3 calon, Sudaryadi,Tujiyono dan Marwanta,maka terpilihlah dukuh baru Banyusoco,yaitu Sdr Marwanta.Diangkat menjadi Dukuh Banyusoco dengan Surat Keputusan Kepala Desa Banyusoco Nomor……/KPTS/2013 tertanggal  Maret 2013.

  1. Cikal bakal Padukuhan Kedungwanglu adalah Ki Setro Dikromo dan Ki Kromo Irono,tidak diketahui secara pasti keduanya berasal dari mana.Tidak seperti padukuhan –padukuhan lain di wilayah banyusoco,Padukuhan Kedungwanglu tidak melaksanakan tradisi bersih desa atau rasulan.

Dukuh Kedungwanglu yang kedua yaitu,Ahmad Affandi menjabat dari tahun1986 sampai tahun  (2001) dan berhenti karena mengundurkan diri.Pengangkatan Afandi melalui sidang pemilihan dan pengangkatannya dengan Surat Keputusan Lurah desa Banyusoco Nomor Pem./10/III/1986 tertanggal 10 Maret 1986,dengan diketahui dan disetujui oleh Camat Playen saatitu,Drs.Ngaderi dan disahkan oleh Drs.Sukiswo jabatan Sekertaris Wilayah Daerah (Sekwilda),atas nama Bupati Kepala Daerah Tingkat II gunungkidul.Pada lampiran Surat Keputusan itu disebutkan bahwa kepada yang bersangkutan  diberi nafkah  tanah lungguh berupa sawah di persil nomor 33 klas II seluas 8500,dengan pajak senilai Rp.1,80 dan tegal di persil nomor 36 klas IV seluas 2600,dengan pajak senilai rp.0,40.

Selanjutnya diadakan pemilihan lagi pada tahun 2002,dan terpilih Syafrudin Ja’far dan diterbitkan Surat Keputusan Lurah Desa Banyusoco tertanggal 27 Juni 2002  tentang pengangkatannya,yang pada saat itu dijabat Bapak Sumaryadi.Syafruddin Ja’far kemudian mengundurkan diri pada tahun 2002.

Dukuh Kedungwanglu saat ini dijabat oleh Burhan Tholib,menjabat sejak Mei 2002,melalui sidang pemilihan yang diadakan pada ………diangkat dengan Surat Keputusan Kepala Desa Banyusoco Nomor…/KPTS/2002 tertanggal ……..,oleh Bapak  Sumaryadi.

  1. Cikal bakal padukuhan Gedad,Klepu dan Sawahlor adalah Kyai Akroman dan Nyai Dalem,karena ketiga padukuhan ini letaknya berdekatan.Tidak diketahui secara pasti keduanya berasal dari mana.Mungkin karena cikal bakalnya sudah seorang Kyai dan Nyai,maka di Padukuhan Gedad memiliki tokoh ulama yang terkenal,yaitu K.H.Abu Darda’,pendiri Pondok Pesantren Nurul Falah.Merupakan ayah dari K.H. Hudi Rohmat,pengasuh Pondok Pesantren Nurul Falah yang sekarang.Santri Pondok Pesantren Nurul Falah tidak hanya berasal dari Banyusoco dan sekitarnya,tapi juga berasal dari daerah lain,bahkan dari luar pulau Jawa.Pondok Pesantren lain yang juga berlokasi di Padukuhan Gedad adalah Pondok Pesantren Al-Halimiyah,dipimpin oleh K.H Abdul Khalim.

Dukuh Klepu sekarang dijabat oleh  Pak Wakid,dilantik oleh kepala desa banyusoco saat itu,Bapak sumaryadi.Surat Keputusan Lurah Desa Banyusoco tertanggal 27 Juni 2002 tentang pengangkatannya sebagai dukuh Klepu.Sebelum Wakid menjabat,diangkat Penjabat Sementara Dukuh Klepu yaitu Tugiman jabatan Kepala Bagian Pemerintahan.Sebelumnya dijabat oleh Bapak Sosro Wiharjo dari tahun….sampai tahun……

  1. Dukuh Gedad yang pertama adalah Bapak   M.Yakub.mulai menjabat pada tahun…dan berakhir pada tahun….karena…..

Dukuh Gedad berikutnya adalah Saudara Samingan.

Sebelum dijabat oleh Samingan,diangkat Penjabat Dukuh Sementara yaitu Saudara Asrofi jabatan Kepala Bagian Kesejahteraan  Rakyat  Desa Banyusoco.Kemudian dijabat oleh  Pak Samingan,melalui proses pemilihan ,menjabat dari 27 Mei 2002 sampai meninggal sebelum purna tugas,tanggal 31 Januari 2015.Surat Keputusan  Pemberhentian dengan hormat tertanggal 02 Februari 2015,ditandatangani oleh kepala Desa Banyusoco saat itu,Bapak Sutiyono.

  1. Cikal bakal Menggoro (bagian dari padukuhan Sawahlor yang terpisah oleh Sungai Prambutan)adalah Kyai Goro,tidak diketahui darimana berasal.Di Blok Menggoro ini terdapat Pasar Desa yang dinamakan Pasar Menggoro.Kini Menggoro masuk dalam wilayah Padukuhan Sawahlor.Dukuh sekarang adalah Mardiyo,sebelumnya dijabat oleh Kasirin dari tahun…sampai dengan tahun  2002.

 Mardiyo menjadi dukuh terpilih di Sawahlor,diangkat dengan Surat Keputusan Lurah Desa Banyusoco tertanggal 27 Juni 2002,oleh Lurah Desa Banyusoco.Carik Desa saat itu adalah Thobroni RA.Kekosongan jabatan sebelum Mardiyo diisi Penjabat Dukuh Sementara yaitu Wasi S,Jabatan Kabag Umum Desa Banyusoco.

SENI

            Banyusoco di masa lalu  terkenaldengan seni slawatan jawa,kethoprak dan karawitan serta reog dan jathilan.

            Seni kethoprak berkembang di Banyusoco pada tahun 1965-1985 an.Cerita atau lakon yang dimainkan dalam kethoprak bervariasi,berupa legenda atau cerita rakyat,babad,maupun sejarah atau kisah kepahlawanan.Contoh lakon kethoprak antara lain:Ande-ande Lumut,Panji Asmorobangun,Angling Darma,Klana Sewandana,Roro Mendut,Damarwulan ,Ranggalawe,Joko Bodho,Joko Kendhil,Suminten Edan, dan lain-lain.

            Seorang pemain kethoprakselain pandai memainkan peran (berakting) juga harus pandai nembang,karena dalam kethoprak tembang merupakan salah satu cara untuk menyampaikan ekspresi.Gerak tari  (koreografi) juga sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu pertunjukan seni  kethoprak.Pemain kethoprak haruslah seniman yang serbabisa,diatas panggung harus bisa menari,menyanyi,dan berakting dengan baik dan harus dapat menjiwai karakter tokoh yang diperankannya sehingga pertunjukan terasa “hidup” dan seakan –akan menghipnotis dan memukau penonton sehingga timbul rasa ingin nonton lagi dan dengan begitu akan banyak orang berkeinginan untuk  “nanggap” dan dengan demikian seni kethoprak menjadi lestari.

            Pengiring kethoprak adalah seperangkat gamelanjawa  yang ditabuh oleh para wiyaga dan seorang  atau dua orang sindhen atau waranggana yang mumpuni  untuk mendukung suasana pementasan.Wiyaga harus mampu memainkan gamelan dengan baik dan menguasai langgam atau gending jawa yang biasa dimainkan dalam kethoprak atau wayang.Para wiyaga dan waranggana juga dituntut untuk mampu dan betah duduk bersimpuh dalam waktu yang lama sampai pertunjukan selesai.

            Banyusoco memiliki beberapa pemain kethoprak yang baik dan terkenal pada masa kejayaannya.Seniman-seniman yang terkenal di masa itu antara lain: Pak Budi Sumarsono (sekarang Bhabinkamtibmas Desa Banyusoco),Bu Pardiastuti (mantan Kepala Bagian Pembangunan Desa Banyusoco).Sugiyantoro yang sekarang sudah meninggal,Pak Tujiyo (petugas pelayanan kesehatan Pustu  Banyusoco), Ibu Rusmini (istri dari Pak  Tugiman,mantan kepala Bagian Pemerintahan Desa Banyusoco tahun 1991  sampai tahun 2009), Bu Ponilah,dulu warga Ketangi tapi kemudian  pindah ke Sumatra (ikut program Transmigrasi Pemerintah),dan banyak lagi yang lainnya.

            Tanggapan atau permintaan pementasan sampai kulon kali (seberang sungai Oya),di daerah Njolok,Kebosungu, Pakis,Kediwung,Dlingo,Temuwuh,Jatimulyo,dan lain-lain.Tempat  latihan pentas kethoprak  dirumah orangtua Ibu Pardiastutiyang terletak di Gembol sebelah timur ringin gede.Sutradara atau pengatur pemain dan lakon saat itu adalah Pak Giyarto,yang kemudian pindah ke Sleman.Berawal dari sinilah kejayaan kethoprak Banyusoco perlahan pudar,karena tidak adanya sutradara yang mengarahkan pemain.Selain itu,factor tidak adanya generasi penerus pemain kethoprak juga merupakan hal yang berpengaruh pada kethoprak di Banyusoco.Faktor pergeseran minat budaya masyarakat juga terbukti ikut berperan pada punahnya budaya lokal yang adiluhung ini.Minat budaya masyarakat  saat ini cenderung berpihak pada budaya luar,sehingga apabila hal ini terus berlangsung maka tidak menutup kemungkinan budaya jawa akan benar-benar menghilang dalam kehidupan masyarakat kita.Suatu keadaan yang memprihatinkan manakala di tanah Jawa dan pada diri orang Jawa sudah kehilangan rasa dan budaya kejawennya.

            Yang masih bertahan hingga saat ini adalah seni reog dan jathilan.Kelompok jathilan Kudho Budoyo yang sekarang  dipimpin oleh Kelik Sukoyo beralamat di Ketangi saat ini masih aktif dan sering tampil dalam acara-acara peringatan Hari Besar Nasional,misalnya Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia,Pawai Budaya Daerah dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul maupun Hari Jadi Desa Banyusoco,acara Rasulan atau bersih Desa,acara Labuhan,acara hajatan atau ewuh mantu maupun sunatan serta acara syukuran lainnya.Kelompok reog Ringin Sari beralamat di Ketangi blok timur dekat ringin gede juga sering tampil,tapi tidak sesering jathilan.

            Reog atau jathilan biasanya dimainkan oleh sepuluh orang pemain atau lebih,terdiri dari Penthul(memakai topeng hitam),Tembem (memakai topeng putih), dan para prajurit dengan kuda kepang,prajurit berpedang,prajurit bertombak dan pembawa panji-panji perang.Alat musik yang digunakan berupa gamelan sederhana terdiri dari kendang,dodog,bende,gong,kecrek dan drum.Gamelan reog tidak selengkap gamelan kethoprak atau wayang.Pemain reog dan jathilan biasanya pemuda dan pemudi,karena banyak gerakan adu perang dan dibutuhkan tenaga yang besar dalam memainkannya.Penabuh gamelannya kabanyakan sudah berumur,karena belajar memainkan gamelan lebih susah daripada belajar menari,sehingga kaum muda kurang tertarik untuk belajar seni karawitan.

            Seni Hadroh yang erat kaitannya dengan perkembangan agama  islam juga berkembang bik di wilayah Gedad,Klepu,Sawahlor dan Kedungwanglu.Di Padukuhan Kepek I dan Kepek II berkembang sholawatan Jawa yang tergabung dalam grup Samodra Syafaat,merupakan kolaborasi yang fresh antara slawatan jawa dan Sholawatan Islami atau hadroh.Samodra syafaat beranggotakan sekitar 40 orang,dipimpin oleh Soleh Effendi,yang kini menjabat sebagai ketua takmir masjid al amien di Kepek.Bahasa dalam lagu-lagu yang dimainkan grup ini menggunakan bahasa arab sebagai bahasa asli agama islam dan bahasa jawa sebagai bahasa yang digunakan masyarakat sehari-hari,sehingga cenderung mudah diterima oleh kalangan sesepuh yang tadinya tidak begitu menaruh minat pada ajaran agama secara syariah,tetapi menyatakan beriman kepada Gusti Alloh secara sungguh sungguh  dan belum dapat melaksanakan ibadah sehari-hari.Dengan sholawat ini,perkembangan islam di padukuhan kepek  menjadi sangat baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.Jamaah di masjid terus  bertambah seiring dengan kesadaran masyarakat yang semakin baik.Menyadari hal ini,banyak padukuhan sekitar yang juga mempelajari seni ini dan membentu grup sholawat sejenis yang bertujuan mengembangkan syiar agama islam melalui seni.

 

BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL

            Sejak jaman dulu,Banyusoco adalah Desa yang kaya akan budaya dan tradisi dalam segala bidang kehidupan.Budaya dan tradisi meliputi seluruh proses daur hidup manusia,mulai dari kehamilan,kehidupan masa kanak-kanak,perkawinan,dan kematian.Dalam tradisi siklus daur hidup,dimulai dengan tradisi mapati (upacara 4 bulan kehamilan),tingkeban (upacara 7 bulan kehamilan atau mitoni).

            Upacara mapati tidak begitu banyak yang melakukan,biasanya hanya mitoni saja.Upacara mitoni biasanya diadakan pada saat bayi dalam kandungan berusia tujuh bulan,dengan kenduri tanpa ingkung. Menurut kepercayaan masyarakat  Jawa,pada acara selamatan kehamilan tidak diperkenankan menyembelih hewan apapun.Kendurian berupa nasi urap (sego gudangan) dengan conthongan (makanan yang dibuat dari parutan kelapa muda,kacang tholo atau kacang kedelai yang telah direndam hingga lunak dan ditumbuk kasar bersama parutan kelapa dicampur bumbu gudangan,ditempatkan dalam wadah berbentuk kerucut kecil terbuat dari daun pisang,kemudian dikukus),penjitun (dibuat dari terong bulat yang dibelah prapat tapi tidak sampai lepas dari tangkainya,kemudian pada belahan itu dimasukkan sambel gudangan dan dikukus bersama conthongan)dan jenang rusuh yang terbuat dari segala jenis  gandum,jawut,beras ketan dan lain-lain (polo cemanthel) serta brakahan yang terdiri dari polo kependhem (umbi-umbian) yang direbus,misalnya telo pendhem(ubi rambat),singkong,gembili,uwi,nggerut dan lembong.Conthongan dan penjitun ini harus selalu ada dalam setiap upacara selamatan berkaitan dengan bayi/anak.Selain itu,dibuat bubur atau jenang berbahan tepung beras putih yang dibentuk serupa manusia,lengkap dengan mata,hidung,telinga,mulut dan pusar.Titik-titik yang menggambarkan mata,hidung,telinga,mulut dan pusar itu ditandai dengan biji kedelai hitam.Upacara diawali dengan acara cukur sinom calon ibu,kemudian dimandikan dengan doa dan ritual adat oleh dukun bayi setempat atau yang dituakan.Selanjutnya  calon ibu dipijat dan dibacakan doa-doa keselamatan.Dalam perkembangannya,upacara mitoni sering diikuti dengan acara do’a bersama atau amaliyahan bersama untuk mendoakan calon ibu dan bayinya supaya lahir dengan selamat dan sehat serta tidak kurang suatu apapun.Upacara adat mitoni ini selalu diadakan pada hari Senin malam Selasa atau hari Jum’at malam Sabtu.Dalam perkembangannya,seiring dengan berkembangnya pemahaman agama Islam yang semakin maju,acara mitoni seringkali diikuti dengan acara amaliyahan untuk memohon kesehatan bagi ibu dan calon bayi.

            Ketika bayi lahir diadakan selamatan yang disebut brokohan.Ari-ari atau plasenta (dalam bahasa Jawa disebut batur) dimasukkan ke dalam kendhil (sejenis periuk dari tanah liat)yang masih baru dan bertutup untuk kemudian ditanam di sebelah kanan pintu masuk utama rumah tempat tinggal bayi.Untuk bayi laki-laki ditanam diluar pintu,dan untuk bayi perempuan disebelah dalam.Dalam penggalian lubangnya,harus selalu menggunakan tangan kanan,tidak diperbolehkan menggunakan tangan kiri.Filosofinya adalah agar kelak anak selalu berbuat baik.Penanaman ari-ari ini dilakukan oleh dukun bayi dengan ayah bayi atau keluarga dekatnya,dengan dibacakan do’a-do’a oleh dukun bayi.Penanaman kendil berisi ari-ari itu disertai beberapa benda,antara lain jarum,benang,alat tulis,buku atau kertas,kertas bertuliskan huruf arab,dan lain-lain.Benda-benda ini mengandung  makna filosofis yang dalam dan luhur.Kertas bertuliskan huruf Arab dimaksudkan agar bayi kelak menjadi orang yang  taat beragama,pandai mengaji dan berbudi luhur.Alat tulis dan kertas dimaksudkan agar bayi kelak menjadi orang yang pandai dan cerdas.

            Proses melahirkan ibu-ibu jaman dulu dan sekarang sangat jauh berbeda.Dulu ibu melahirkan ditolong oleh seorang dukun bayi dan proses persalinan dilakukan dirumah,denagn peralatan sederhana disertai do’a-do’a yang dibacakan oleh mbah dukun bayi.Kebanyakan proses persalinan berjalan dengan lancar dan selamat.Apabila proses persalinan tidak lancar,maka ibu akan digotong dengan bandulan bambu untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah di Wonosari,dengan berjalan kaki.Tentu saja proses ini memakan waktu yang lama,sehingga seringkali ibu dan bayinya tidak tertolong.Inilah salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi yang tinggi di Gunungkidul  masa itu.

            Acara njenengi(memberi nama) atau puputan/puput puser dilaksanakan  setelah bayi berusia kira-kira satu  mingguatau setelah tali pusar bayi mengering dan lepas dari badan,dengan dibuatkan  segocukil.Bayi kemudian dicukur rambutnya dan dimandikan dengan air hangat  dicampur dengan air kelapa muda hijau yang dipetik dengan tangan,tidak boleh dijatuhkan ke tanah.Kemudian,pada hari berikutnya diadakan acara kenduri puputan  yang dihadiri oleh tetangga dan sanak saudara untuk mengumumkan nama bayi.Masakan yang disajikan dalam kenduri puputan ini sama seperti pada acara selapanan,nyetahuni dan sapih.

            Seiring dengan perkembangan pemahaman agama Islam yang semakin baik di masyarakat,acara njenengi sering digabung dengan acara aqiqah,yaitu penyembelihan kambing untuk bayi yang baru lahir.Untuk bayi laki-laki disembelih 2 ekor kambing,bayi perempuan 1 ekor kambing.Acara aqiqah biasanya juga disertai dengan do’a bersama atau amaliyahan untuk mendoakan bayi agar tumbuh menjadi anak yang sholeh atau sholihah.

            Pada saat bayi berumur 35 hari atau bertepatan dengan hari nepton kelahirannya dalam petungan Jawa,diadakan upacara selapanan dan diadakan kenduri selapanan yang dihadiri oleh sanak keluarga dan tetangga.Makanan yang biasa dimasak dalam acara-acara selamatan bayi biasanya berupa nasi uduk,ayam ingkung,sayur kluwih,kacang panjang,godong mlinjo,kacang tholo dan kulit mlinjo (sering disebut jangan rusuh),gudangan atau urap  yang terdiri dari cambah dele,godong kates /singkong atau mbayung,kacang panjang dan sambel kambil,dan sambal lalapan mentah yang terdiri dari kol atau kobis,kacang panjang,pete,jengkol dirajang halus,manding ijo (biji lamtoro atau manding yang masih hijau,rasanya seperti petai),cambah kacang ijo disertai sambel lotisan (sambal cabe rawit merah mentah ,berbumbu bawang putih,kencur,garam dan gula jawa) serta perlengkapan lainnya.Nasi putih dibentuk tumpeng dan  ada beberapa jenis tumpeng,tumpeng alus,tumpeng boja dan sego golong(nasi putih dikepal berbentuk bulat sebesar bola tenis),mengandung sanepabahwa segenap yang hadir dalam kenduri itu harus golong gilig mendoakan,serta menjaga kerukunan hidup bermasyarakat.

            Saat bayi berusia satu tahun,diadakanupacara nyetahuni (peringatan satu tahun) dan dirayakan dengan kendurian,hidangan yang disediakan sama seperti ketika upacara selapanan.

            Pada usia  dua tahun,bayi disapih (berhenti menyusu pada ibunya ) dan diadakan kenduri seperti pada waktu upacara  selapanan dan nyetahuni.Pada adat masyarakat Jawa,sebetulnya tidak ada yang namanya ulang tahun,hal itu merupakan budaya barat yang dulu diserap dari masa kolonial Belanda.Pada adat jawa dikenal acara neptoni,yaitu memperingati hari dan pasaran kelahiran seseorang ,misalnya si Ngabdul  lahir pada hari Senin Kliwon,maka dibuatkan emong-emong sego gudangan untuk neptoni  setiap hari Senin Kliwon.Emong ini biasanya diletakkan dalam layah(piranti dapur serupa piring terbuat dari tanah liat,biasa digunakan untuk menghaluskan bumbu masakan atau membuat sambal) dialasi daun pisang.Nasi dibentuk seperti kerucut,dipuncaknya diletakkan  sebutir telur rebus dan dikaki kerucut diletakkan gudangan sebanyak tiga jumput.

            Pada usia 10 -11 tahun anak laki-laki disunat.Kenduri atau selamatan dengan nasi uduk,ingkung  atau sering disebut sekul suci ulam sari,gudangan,sayur kluwih dan perlengkapan lain seperti biasanya.Malam harinya,nanggap  terbangan/rebana (slawatan/sholawatan).Bagi keluarga yang mampu,sering diadakan acara sunatan dengan pesta/hajatan yang meriah,dengan menghadirkan hiburan wayang kulit dengan lakon tertentu.Bagi masyarakat  jaman dulu,punya anak laki-laki adalah suatu kebanggaan dan harapan sebagaitempat orangtua bergantung sehingga sunatannya pun harus dilaksanakan sepatutnya.Harapan yang tersirat adalah sebagai anak laki laki nantinya harus mampu bertanggung jawab dan membuat kedua orang tuanya merasa bangga dengan keberhasilannya.

            Setelah dewasa dan memiliki calon suami/istri,diadakan acara lamaran,dan nyekseni (pertunangan).Calon penganten laki-laki dengan orangtua dan sanak saudara serta tetangga dan dukuh datang ke tempat calon penganten putri.Dengan disaksikan sanak saudara dan tetangga serta RT,RW dan dukuh mengukuhkan bahwa keduanya adalah calon suami-istri.Selanjutnya diadakan upacara pernikahan (ewuh mantu) yang diadakan dengan prosesi adat jawa.Diawali dengan acara midodareni,pasang blegedepe,dan cukur paes manten putri.Sebelum prosesi pernikahan dilaksanakan,calon penganten dianjurkan berpuasa untuk kelancaran serta keselamatan.Hari pertama biasanya banyak tamu yang hadir memberi doa restu dan ucapan selamat kepada penganten.Hari kedua diadakan akad nikah dengan dihadiri oleh sanak kerabat,tetangga,tamu undangan dan pemangku wilayah setempat.

            Pada upacara adat meninggalnya seseorang,saat meninggal di rukti ( pangrukti loyo) dengan adat istiadat jawa.Dibuatkan ungkur-ungkur dan sego pamit,yang melambangkan bahwa yang bersangkutan telah pamit kepada sanak keluarga dan semua yang ditinggalkannya untuk selamanya.

            Memperingati tiga hari meninggalnya,diadakan selamatan nelungndino,tujuh hari diadakan selamatan mitungndino,dan empat puluh hari diadakan selamatan matangpuluh.

            Memperingati seratus  hari setelah meninggal,diadakan selamatan nyatus.Setelah satu tahun,diadakan selamatan mendhak pisan,dua tahun diadakan selamatan mendhak pindho.Pada tahun ketiga diadakan selamatan nyewu (seribu hari).Ini merupakan selamatan terakhir (mutusi) yang diadakan untuk orang yang sudah meninggal.Keluarga biasanya menyembelih kambing dan mengadakan kenduri yang dihadiri oleh sanak keluarga dan tetangga yang datang  berkunjung dan  menyumbang berupa bahan makanan atau uang menurut kadar kemampuan masing-masing.

            Selain selamatan-selamatan diatas,sering diadakan selamatan kemul-kemul dan nyadran bagi orang yang sudah meninggal lebih dari 3 tahun.Kemul-kemul adalah tradisi mengganti kain penutup (dalam bahasa jawa disebut kemul =selimut) diatas nisan.Nyadran dilakukan setiap bulan Ruwah dalam penanggalan jawa,setelah tanggal 21,atau bulan Sya’ban dalam penanggalan islam.Makanan khas yang harus ada dalam selamatan orang meninggal yaitu apem,kolak,jadah woran,peyek gereh,krupuk,gudeg kluwih,cambah kacang ijo,gebingan (kelapa dan kedelai goreng),sambal goreng,tempe bacem goreng dan bakmi  goreng.Dalam filosofi Jawa,makanan-makanan tersebut mengandung makna tertentu.Apem,berasal dari bahasa Arab “afhum” yang bermakna maaf atau ampunan.

            Dalam mendirikan bangunan  rumahpun warga Banyusoco masih berpegang pada kearifan local budaya Jawa.Hari untuk mulai membangun dihitung dengan penanggalan Jawa dan disesuaikan dengan petungan neptu calon penghuni rumah.Yang terpenting dalam hal ini adalah hari dimana kayu suwunan dipasang,harus disertai dengan ubarampe dan syarat-syarat tertentu,berupa paku emas,bendera merah putih,kayu dan daun walikukun,dan lain-lainnya.Hal ini bermakna bahwa rumah bukan hanya sekedar bangunan tempat berteduh saja,tetapi rumah dalam kehidupan masyarakat jawa memiliki beragam fungsi,baik fungsinya sebagai bangunan maupun fungsi spiritual.

 

KEHIDUPAN BERAGAMA

            Di Desa Banyusoco,mayoritas penduduknya beragama Islam.Di masing-masing padukuhan telah berdiri masjid sebagai pusat kegiatan ibadah masyarakat. Masjid yang pertama kali berdiri adalah Masjid Ar-Rohman di Padukuhan Gedad,berdiri tahun 1946.Masjid berikutnya berdiri adalah Masjid At-Thoyibah di Padukuhan Kedungwanglu,berdiri pada tahun 1948.Setahun berikutnya,berdiri Masjid Baiturrohman di Padukuhan Banyusoco pada tahun 1949.Di Padukuhan Ketangi dibangun langgar pada tahun 1951,kemudian dipugar menjadi masjid Jamiun Nashr ,terletak di RT 05.Di Ketangi ada 2 masjid lainnya,yaitu Masjid Al-Muttaqien di RT 02 dan Masjid Baitur Ridhwan di RT 03,dibangun pada tahun 1965.Pada tahun 1965 didirikan masjid  Baiturohmah di Padukuhan Klepu.

            Di padukuhan Kepek,masjid baru berdiri sekitar tahun 1994.Sebelum masjid berdiri,kegiatan sholat tarawih di bulan Ramadhan dilaksanakan di rumah mbah dukuh Tukirin di kepek ii,setelah tidak lagi menjabat sebagai dukuh kegiatan berpindah ke rumah Bapak Kardi di kepek i.Beliau mewakafkan sebagian tanah pekarangannya untuk didirikan masjid.Dengan berbagai upaya,masjid Al Amien berhasil didirikan oleh masyarakat  padukuhan Kepek.Guru agama yang memprakarsai pendirian masjid dan memimpin kegiatan keagamaaan di Kepek adalah H.Sumardi AH,meninggal  pada tanggal 24 Februari tahun 2015.Pada tahun 2011-2012,dibangun Masjid Nurul Islam di padukuhan Kepek II,diprakarsai oleh dukuh Kepek II,Bapak Radiyo.

            Di Blok Menggoro ada sebagian warga yang menganut agama Kristen.Agama Kristen mulai masuk di Menggoro pada tahun 1956,dibawa dalam misi Kamp Kerja Pemuda Pemudi Internasional,diadakan oleh mantra-mantri kesehatan beragama Kristen,yang menempati sebuah Poliklinik di Menggoro,saat itu dipimpin oleh Tukino Ciptosusilo.Poliklinik ini adalah cabang dari Rumah sakit Petronella Yogyakarta (sekarang RS.Bethesda).Klinik ini menjadi satu-satunya pusat pelayanan kesehatan bagi warga sekitar Banyusoco dan Menggoro.Di Menggoro akhirnya  dibangun sebuah gereja pepanthan.Kerukunan antar umat beragama berjalan dengan baik disini.Hal ini menunjukkan bahwa Banyusoco adalah sebuah desa yang menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.

-------------------------foto klinik menggoro---------------------------------------------------------------------

SABILLUL MUHTADIN ‘ASSAADAH

            Adalah sebuah majelis dzikir dan sholawat yang dibentuk pada tahun 2014,diprakarsai oleh Kepala Desa Banyusoco,Bapak Sutiyono.Dengan dukungan dari tokoh-tokoh agama di Desa Banyusoco,seperti KH.Hudi Rohmat,H.Sudjadi,H.Abdul Halim dan Drs.Sukadi serta banyak tokoh lainnya,majelis ini mengadakan kegiatan rutin sholawat dzikir setiap bulan secara bergilir.(aku bingung mau nulis apa lagi,ra pati mudeng ,tolong ditambah)

----------------gambar pengajian sabilul-----------------

DUNIA ANAK

            Masa itu,anak-anak Banyusoco tentu saja belum mengenal berbagai permainan modern seperti saat ini.Bahkan untuk belajar pada malam haripun,hanya diterangi dengan lampu minyak yang biasa disebut senthir.Ada juga yang menggunakan lampu petromak,tapi hanya yang mampu saja yang dapat memilikinya karena harganya mahal dan dirasa boros minyak,dan digunakan pada saat-saat tertentu saja,misalnya saat kenduri dan hajatan.

             Setiap malam bulan purnama atau terang bulan (dalam bahasa jawa disebut padhang mbulan),anak-anak bermain dihalaman rumah di tanah yang lapang.Mereka menyanyikan lagu Padhang Mbulan dengan riang gembira.

Yo pro konco dolanan neng njobo

Padhang mbulan,padhange koyo rino

Rembulane e sing ngawe-awe

Ngelingake ojo podho turu sore

Yo pro konco yo podho mreneo

Rame-rame ing kene suko-suko

Langite padhang,sumebar lintang

Yo podho dolanan sinambi cangkriman.

Banyak ragam permainan yang biasa dimainkan bersama,misalnya jethungan atau dhelikan (petak umpet),gobag sodor,blarak-blarak sempal dan Jamuran.Jamuran adalah suatu permainan tradisional  jawa yang diawali dengan  suatu lagu atau nyanyian pendek:

Jamuran-jamuran

Yo ge ge tok

Jamur gajih mbejijih sak oro-oro

Siro badhe jamur opo……..

 

Setelah puas dan lelah bermain,biasanya mereka duduk dengan membentuk lingkaran,dan menyanyikan lagu Lintang Sumebar:

Lintange sumebar ing langit pating kalebyar

Ora ono mego,ora ono mendhung.

Rembulane ngeglo,sak ndhuwure gunung

Sasat ratu,sinewoko

Lintang sewu,podho sebo

Ayo bareng keplok-plok,surak hore

Ayo bareng keplok-plok ,surak hore

 

            Apabila terjadi gerhana bulan,suasana menjadi sangat meriah dan gaduh.Ibu-ibu akan membunyikan lesung dengan alu,biasa disebut kothekan atau gejog lesung,dengan irama yang gegap gempita.Gejog lesung dimaksudkan untuk menakut-nakuti buto (raksasa) yang menelan bulan supaya bulan dimuntahkan kembali (dilepeh) agar bumi terang kembali.Menurut kepercayaan masyarakat jawa kuno,gerhana bulan terjadi karena bulan dimakan oleh kepala buto bethara kala yang terpisah dari badannya.Badannya tertinggal di bumi berupa lesung kayu,sehingga lesung dipukul dengan alu membuat buto itu merasa kesakitan dan bulan dilepaskan lagi,tidak jadi ditelan.

            Anak-anak berlarian bermaindi  latar(halaman depan rumah) dengan penuh kegembiraan,ditemani bapak-bapak yang  jagonganberkerumun sambil membicarakan tetanen,pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari.

            Pada siang hari,permainan yang biasanya dimainkan adalah kasti,benthik dan lain-lainnya.Benthik adalah permainan yang menggunakan alat berupa potongan bilah bambu pendek,panjang dan panjang agak kecil serta lubang kecil agak panjang dibuat ditanah.

            Permainan yang disukai anak perempuan biasanya adalah dakon (congklak),cublak-cublak suweng dan pasaran.Dakon dimainkan oleh dua anak berhadapan,menggunakan semacam lesung kecil dari kayu dengan 12 lubang.10 lubang untuk berjalannya biji dakon dan 2 lubang di masing-masing ujung lesung sebagai lumbung untuk menampung biji-biji dakon yang berhasil dimenangkan,yang nantinya akan dihitung sebagai skor.Yang berhasil mengumpulkan biji terbanyak dilumbungnya dinyatakan menang.

Cublak-cublak suweng dimainkan beberapa anak dengan menyanyikan lagu:

Cublak-cublak suweng,suwenge teng gelenter

Omahmu ketundhung gudel

Pak empong lera-lere

Sopo ngguyu ndhelikake

Sir-sir pong dhele kopong

Sir sir pong dhele kopong

            Cara bermainnya adalah: semua anak yang ingin ikut permainan hompimpah dulu,yang kalah dadi. Anak yang  dadi  tengkurap (seperti posisi sujud tapi kepala diangkat),anak-anak lain duduk bersimpuh mengelilingi anak yang dadi,salah satu memegang batu kecil (kerikil),dan sambil menyanyikan lagu diatas kerikil dipindah tangankan dari satu anak ke anak yang lain,dan saat laguberakhir anak yang dadi duduk dan menebak siapa yang menggenggam kerikilnya.Bila tebakan tepat,anak yang tadi dadi bebas,digantikan anak yang tertebak.

---------------------------------gambar bocah dolanan-------------------------------------------------

 

            Anak yang orang tuanya memiliki ternak sapi atau kambing,biasanya diberi tugas angon (menggembala) sambil ngarit (dari kata “arit”=sabit yang digunakan untuk memotong rumput),hasilnya dimasukkan dalam wadah dari anyaman bambu yang disebut kranjang,dibawa pulang dengan disunggi (dijunjung diatas kepala) bagi anak laki-laki dan digendong dipunggung bagi anak perempuan untuk pakan sapi/kambing yang tidak diengon atau untuk  diberikan keesokan harinya.Ada juga anak yang bekerja angon sapi dan kambing milik orang lain dengan diberi upah,biasanya berupa makanan atau uang.Untuk mengusir rasa penat dan bosan pada saat angon dan ngarit,biasanya mereka bermain thomprang.Permainan ini menggunakan taruhan berupa segenggam rumput setiap anak,dimainkan dengan cara menaruh sebuah batu pada jarak tertentu,kemudian melempar batu tersebut dengan arit masing-masing.Arit yang tepat mengenai batu,itulah yang menang dan berhak atas rumput yang dipertaruhkan.Menjelang sore,barulah mereka pulang dan mengandangkan sapi atau kambing yang tadi diengon.

-------------------------------gambar bocah angon--------------------------------------------------------

 

DUNIA PENDIDIKAN

            Desa Banyusoco memiliki sebuah Madrasah Tsanawiyah Negeri,yaitu MTs N Banyusoco yang terletak di Menggoro,Padukuhan Sawahlor di sebelah barat Pasar Menggoro.

            Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yappi Banyusoco yang terletak di Menggoro,MI Gedad I di Padukuhan Gedad,MI Gedad II yang terletak di Padukuhan Klepu.Dulu Klepu memiliki SD Negeri,namun kekurangan murid sehingga dibubarkan dan kini tinggal MI nya saja.MI YAPPI  Kedungwanglu terletak di padukuhan Kedungwanglu.

            Dulu di Ketangi ada SD Banyusoco III atau SD Inpres,namun pada sekitar tahun 2004 ditutup dan diregrup dengan SD Banyusoco I karena kekurangan murid.Gedung SD tersebut sekarang digunakan untuk kegiatan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

SD  Negeri Banyusoco I terletak di Padukuhan Ketangi,sebelah utara lapangan desa.SD Banyusoco I menampung murid dari Padukuhan Ketangi,Banyusoco dan sebagian kecil dari Menggoro serta Sawahlor,hasil dari regrouping dengan SD Sawahlor di tahun 2015.

SD Negeri Banyusoco II terletak di Padukuhan Kepek II,berdiri tahun 1978.Sebelumya pernah didirikan MI di Padukuhan Kepek,namun tidak berhasil dandibubarkan.Perintisnya saat itu adalah Bapak Sudjadi dari Padukuhan Ketangi.SD Banyusoco II tetap berdiri hingga sekarang,menampung murid dari padukuhan Kepek I dan II serta sedikit murid dari Padukuhan Srikoyo.

SD Negeri Sawahlor di regrouping dengan SD Banyusoco I pada tahun 2015,karena terjadi kekurangan murid.

--------------------------------------------gambar sd banyusoco 1----------------------------------------------------

Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA) di Banyusoco adalah TK Masyithoh Kepek I di Padukuhan Kepek II,RA Masyithoh Kepek di Padukuhan Kepek I,TK M Ketangi ada 2,TK di Padukuhan Banyusoco ada 1,Sawahlor ada 2,Gedad  ada 1 TK dan Klepu 1 TK.TK biasanya terintegrasi dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Di Padukuhan Gedad berdiri pondok Pesantren Nurul Falah pimpinan KH.Hudi Rohmat dan Pondok Pesantren Al-Halimiyah pimpinan H.Abdul Halim.Selain santri dari Banyusoco dan sekitarnya,juga ada beberapa santri yang berasal dari luar daerah.

---------------------------------gambar pp nurul falah gedad-------------------------------

 

DUNIA OLAHRAGA

Banyusoco terkenal memiliki pemain-pemain sepakbola yang handal dan mumpuni sejak tahun 1960-an. pemainnya antara lain  Pak Tugiman,Pak Asihana,Pak Suyud,Pak sapar dan masih banyak lagi.Mereka tergabung dalam klub sepakbola yang diberi nama Bharata yang resmi berdiri pada tahun 1981.Pada tahun 1985 pecah menjadi 2 klub,yaitu Bharata dan Putra Bhakti.Yang masih bertahan hingga sekarang adalah Bharata.

Pada masa sekarang,Banyusoco memiliki sekolah sepakbola (SSB) Bharata yang berdiri tahun 2009, yang diketuai oleh Yusup Wibisono,sekaligus melatih anak-anak usia 8-12 tahun,dan 13-15 tahun atau tim junior.Pelatih untuk tim dewasa adalah Subarjo,SPd Or,seorang guru olahraga yang tinggal di Ketangi.Berasal dari Kulonprogo,namun telah lama bermukim di Banyusoco. Bharata berdiri pada tahun 1983 dirintis oleh.Kini SSB Bharata memiliki satu tim junior,satu tim remaja,satu tim dewasa dan satu tim kapukan atau pemain pemain yang telah berusia 45 tahun keatas,yang pada masa mudanya juga pemain sepakbola.Sekretariat SSB  Bharata di Padukuhan Ketangi,lapangan yang digunakan untuk berlatih dan bertanding adalah lapangan sepakbola di depan Balai Desa Banyusoco.SSB Bharata belum  mampu membiayai kegiatannya sendiri,baik pelatihan,pertandingan maupun lawatan ke berbagai daerah di Kabupaten Gunungkidul.Berbagai  upaya telah ditempuh oleh pengurus namun belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.Masih dibutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak untuk dapat memaksimalkan fungsi SSB ini agar dapat menghasilkan pemain-pemain sepakbola yang tangguh dan berprestasi.SSB Bharata berdiri tahun 2009.

-----------------------gambar anak anak bharata danpelatih-------------------------------------

Olahraga lain yang juga banyak diminati adalah Bola Volly.Disetiap padukuhan di wilayah banyusoco pasti memiliki setidaknya satu lapangan bola volly.Olahraga ini sering dimainkan pada saat menyambut Bersih Desa atau rasulan dan Peringatan 17 Agustusan.Sering diadakan turnamen bola volley plastic antar RT yang diikuti oleh tim putra dan putri.Kegiatan ini berlangsung setidaknya selama satu minggu berturut-turut dan biasanya dilaksanakan pada malam hari agar tidak mengganggu kegiatan masyarakat.Ber